Kamis, 03 Februari 2011

Februari, Merah, Imlek, dan Valentine

"Sejauh apapun kamu berlari dan berusaha untuk menjauh, kamu akan selalu kembali ke dia dan begitu pula sebaiknya" (Mama)


Halo blog dunia saya, sudah berapa lama kita tak lagi bertegur sapa? Ah, Januari saya kurang produktif karena berbagai acara sampai tak terasa Februari telah berganti. Januari entah kenapa kurang ramah dengan saya, tapi Februari benar-benar membuat saya tersenyum lebar setelah lama tidak melakukannya.

Jujur, quotes mama saya diatas itu sudah dikatakan dua setengah tahun yang lalu. Sudah lama sekali memang, tapi kenyataan itu masih berlanjut sampai sekarang. Saya selalu menyebut gadis ini Ms. Dreams. Dia adalah gadis yang mendekati sempurna yang pernah saya temui. Tiga tahun kami pernah menjalani hubungan sebagai sepasang kekasih. Yang jelas dia adalah orang yang benar-benar tahu saya luar dalam.

Sayangnya hubungan kami berakhir dengan cara yang "lucu". Tapi efek LDR memang cukup punya pengaruh besar pada waktu itu. Kami masih muda, ego dalam diri waktu itu masih sangat keras walau kami tahu dalam diri kami masing-masing rasa "berbeda" itu masih kuat. Sempat kehilangan kontak selama beberapa bulan, ibunya lah yang secara tidak langsung mendekatkan kami berdua lagi. Akhirnya hubungan kami berdua menjadi renggang kembali.

Tapi selalu ada keganjilan di antara kami berdua. Di saat saya ingin mencoba berhubungan dengan orang lain, ujung-ujungnya kembali lagi ke dia. Begitu pula sebaliknya, dia juga mengalami hal yang sama. Kami selalu menjawab "Belum punya pacar, masih menikmati hidup" ketika kami bertemu dan mengobrolkan banyak hal, sama dengan apa yang pernah kami lakukan dari dulu sampai saat ini.

Sampai pada akhirnya semua itu mencapai hampir klimaks di bulan Februari ini. Dia memang merayakan imlek karena masih memiliki garis keturunan yang kuat. Dia juga sangat suka ketika imlek datang, bukan karena angpao, tapi karena warna merah. Saya tidak pernah bosan mendengarkan "dongeng"-nya tentang warna merah ketika imlek tiba dan sudah lima tahun ini cerita tentang warna merah ini begitu menarik.

Tiga tahun sewaktu kita masih bersama, dia selalu berkata :
"Eh, aku selalu suka warna merah"
"Kok bisa?"
"Soalnya warna merah itu dipercaya membawa keberuntungan"
"Bukannya emang dari dulu iya ya?"
"Iya"
"Terus?"
"Aku harap, merah ini juga membawa keberuntungan buat kita"
"Ya, semoga saja"
"Semoga ada tahun-tahun berikutnya juga untuk kita lalui, setelah semua yang terjadi"
Dan inilah inti dari kata-kata dan "dongeng"-nya selama tentang warna merah saat imlek tiba. Saya pun selalu antusias untuk mendengarkan hal itu.

Tahun keempat semua menjadi berbeda, karena kami sudah tak lagi berhubungan pada waktu itu. Dia pada waktu itu mengatakan :
"Tahun ini, aku kurang begitu suka dengan warna merah..Merah ternyata nggak membawa keberuntungan sebesar yang aku harapkan. Aku rasa kamu akan setuju dengan hal itu"
"Dongeng" tahun keempat inilah yang paling tragis yang dia ceritakan tentang warna merah. Pada waktu itu saya cuma bisa tersenyum pahit.

Tahun kelima ini tampaknya harapan dan keberuntungan kami berdua cukup baik. Kami sudah kembali ke dinamika tiga tahun yang sempat terhenti selama satu tahun beberapa bulan. Imlek tahun ini pun saya kembali menemaninya lagi ketika dia merayakan Imlek. Dia men-"dongeng" lagi tentang warna merah. Dia mengatakan :
"Ternyata aku salah ketika membenci warna merah, ternyata warna merah itu benar-benar berkesan dan tidak bisa hilang begitu saja. Kita nggak mungkin juga memisahkan warna merah dari Imlek. Iya kan?"
Entah kenapa saya tahu maksud dari kata-katanya. Dia "menampar" saya dengan kata-katanya itu untuk segera terbangun. Saya cuma bisa tersenyum, senyuman termanis yang selalu saya berikan padanya.

Kemarin dia mengajak makan malam beserta keluarganya. Dia mengajak saya dengan nada yang sedikit berbau ancaman juga sebenarnya (hahaha, saya tahu dia membaca ini dan mungkin setelah ini saya bakal di jewer). Entah kenapa saya juga tidak bisa menolak, dan rencana yang sudah saya jadwalkan sebelumnya saya tunda dulu untuk hal yang satu ini.

Saya iseng bertanya pada dia, "Lho, kamu nggak ajak pacarmu aja Imlek-an to?" dan dia menjawab "Pacar? Orang aku sampe sekarang aja gak punya pacar". Saya melanjutkan "Kenapa gak nyari aja?" dan dia menjawab singkat "Soalnya baru nunggu". Saya mencoba bertanya lagi tapi dengan nada iseng "Oh nunggu? selamat ya udah punya pacar baru", dia memasang muka jengkel dan menjawab "Iya nunggu, orangnya bodoh dan gak sadar-sadar kalau aku nunggu dia" sambil melihat ke arahku. Saya terdiam sejenak, merasa dibangunkan dengan cara yang cukup "keras". Sindiran yang sangat mengena.

Saya mencoba melanjutkan dengan sedikit menggodanya, saya bertanya "Orangnya bodoh banget ya pasti?" dia langsung menjawab "Iya bodoh banget!" sambil memandang saya untuk kedua kalinya. Saya ditampar lagi untuk kedua kalinya. Lalu saya iseng berkata "Walau bodoh, tapi pasti kamu suka orangnya kan?" dan wajahnya memerah, dia menjawab "Iya, terserah deh.."

Dari percakapan inilah saya sebenarnya cukup tertampar. Saya memang sudah "terbangun" sebelumnya. Saya menyadari bahwa mimpi ada pada dirinya untuk saat ini, maka dari itu saya memanggilnya Ms. Dreams. Disini saya tidak akan menceritakan apa saja yang terjadi ketika makan malam berlangsung, itu terlalu privasi untuk di ungkapkan :)

Satu hal yang pasti adalah merah itu berkesan dan ia meninggalkan kesan yang cukup kuat selama lima tahun. Mimpi adalah hal penting yang selalu dia bawa. Menanti, membantu, dan selalu ada untuk laki-laki bodoh yang selalu mengejar mimpinya. Valentine tahun ini mungkin akan menjadi merah, berkesan dan kami tak akan melupakannya. Semoga saja demikian :)

Bersama dengan tenangnya pagi, harmoni alam, suara kicau burung, dan perasaan tulisan ini dibuat..Semoga hari anda menyenangkan dan Februari menunjukkan keramahannya pada anda..Cheers!