Sabtu, 08 Oktober 2011

Ular Besi dan Sejuta Memori (Bagian Awal)

"Life is one grand, sweet song, so start the music." (Ronald Reagan)


Pukul tiga pagi dan aku masih terjaga. Tak bisa terlelap. Ular besi masih terus melaju membawa sejuta mimpi dan harapan. Di saat itulah aku teringat tentang cerita-cerita yang pernah terjadi di masa yang telah lalu. Cih! Masa lalu lagi! Jujur ini sedikit memuakkan, tapi inilah cara hidup menjalankan segala rencananya. Perlahan tapi pasti ular besi terus melaju membawa sejuta mimpi yang berbeda tiap waktu. Aku masih ingat tentang sebuah kisah di ruang ini, ruang berisi seratus orang (mungkin?) atau aku malah baru akan mengingatnya?

Kumelihat disekelilingku semua tampak beku. Terlelap dalam mimpi masing-masing. Jelas semuanya terlelap, waktu sudah meminta mereka memejamkan mata. Aku? Waktu tak memberikan itu padaku! Sedikit kejam memang, tapi aku menikmatinya. Dia memintaku untuk terus berjaga, menemaninya menunggu matahari tiba dari perjalanan panjangnya. Sejenak kubuka album lama berisikan deretan lagu yang telah kususun dalam telepon genggamku. Jumlahnya sudah ratusan, bahkan tak bisa kuhitung.

Mataku masih menjelajah, mencoba mencari latunan nada yang pas dimainkan disaat semua tampak beku seperti saat ini. Lalu lagu itu seakan muncul dengan sendirinya dari deretan lagu itu, Endah n’ Rhesa – Wish You Were Here. “Lagu ini..” gumamku tapi tak ada kata-kata lain yang bisa ku-ucapkan. Segera saja kuputar lagu itu dan terbukalah kepingan-kepingan lama dalam memoriku tentang ular besi, perjalanan, jarak, penantian, dan kamu..

***

Aku ingat waktu pertama kali kepergianmu. Ular besi berwarna putih yang jadi pengantarmu menuju ibukota, tempat yang tak terlalu kau sukai. Waktu itu malam telah cukup larut dan kita juga ikut larut dalam suasana haru yang tak bisa terungkapkan dengan sebuah nada saja. Waktu itu kau berujar padaku bahwa kau tak ingin tinggalkan kotamu ini, kota yang telah membesarkanmu dan mempertemukan dirimu denganku. Saat itu aku mencoba untuk menyakinkanmu, bahwa kamu punya tujuan untuk meraih anganmu di ibukota dan bukan semata-mata untuk bermain atau vakansi semata.

Kamu bilang padaku waktu itu, “aku benci ibukota”, dan aku paham benar dengan itu karena aku juga membencinya. Kita berdua hanyut dalam perdebatan tentang kepergianmu ke ibukota. Saat kau mulai merasa hampir tak sanggup untuk melangkah disaat itulah dalam dekapanku kau menenggelamkan rasamu dan berusaha untuk menutupi isak tangismu. Kau pergi malam itu menuju ibukota, tempat dimana kau mau meraih anganmu.

***

Lampu koridor ular besi ini masih menyala, cukup terang malah. Aku masih memangku tas carrier-ku, cukup berat memang untuk ukuran tubuhku yang tak kunjung gemuk ini. Sedikit tersadar akan lamunanku ternyata lagu telah habis diputar. Kucoba untuk mencari lagu lain dalam deretan lagu yang telah kususun dan aku menemukan lagu lain yang cukup menampar ingatanku tentang kamu, Bangkutaman – Ode Buat Kota.

***

Waktu itu kau bercerita padaku lewat telepon genggam, masih cerewet dan galak seperti biasanya. Satu rasa yang aku tahu ada diantara kita : rindu! Kau bercerita padaku tentang sebuah band indie asal Jogja yang memutarkan lantunan nada meng-kritik keadaan ibukota yang makin gila. Bangkutaman, ya itulah band yang kau perkenalkan padaku waktu itu. Awalnya aku dan telingaku belum bisa memahami musik ini, sampai pada lagu Ode Buat Kota. Lagu ini menjadi lagu favoritmu yang selalu kau putar ketika kau penat dengan kondisi ibukota dan saat kau merindukan aku. Sampai pada lagu ini, telingaku seakan jatuh cinta dan menerima setiap nada dan lirik yang dilantukan. Benar katamu, aku akan menyukai lagu ini. Lagu kesukaanmu, lagu kesukaan kita, lagu tentang betapa penat dan menyebalkan ibukota di mata kita.

***

Rupanya lagu sudah berhenti berputar. Kulihat keluar jendela, masih gelap. Tiba-tiba ular besi berjalan perlahan, melambat lalu berhenti. Sejenak kemudian terdengar sayup-sayup suara mulai membahan di koridor. Lalu lalang manusia seketika itu pula menjadi sedikit gila. Ada yang menjajakan tahu, segelas kopi, bahkan tembakau untuk dihisap. Sayangnya aku sudah berhenti menghisap tembakau. Aku ingat kau pernah menyindirku dengan sebuah gambar bergerak dari the S.I.G.I.T yang berjudul Black Amplifier versi akustik. Lagu ini pula yang berputar di telepon genggamku.

***

Tembakau, sahabat dalam setiap aktivitasku waktu itu. Aku tahu kamu tak menyukainya tapi tak juga melarangku, bahkan hanya tersenyum. Aku juga tak mau menghisap tembakau di hadapanmu, asapnya selalu mengganggumu. Lalu suatu saat kamu datang padaku dan menegurku. Kamu memberikan aku sebuah gambar bergerak dari band indie yang sedang aku dengarkan waktu itu, the S.I.G.I.T. Aku sangat tergila-gila dengan musiknya pada waktu itu.

Waktu aku melihat gambar bergerak dari band ini, rasanya kamu menamparku dengan cara yang cukup halus. Aku tahu kamu memintaku untuk berhenti menghisap tembakau, tapi dengan ilustrasi dari gambar bergerak yang ditampilkan band itu. Satu kata yang bisa aku katakan waktu itu : cerdas! Tak lama pesan singkat darimu masuk. Kau berkata “Selalu jaga kesehatanmu jelek!”. Aku terdiam sesaat, kumatikan tembakauku yang sudah kuhisap setengah jalan. Kubalas pesan singkatmu itu dengan sangat singkat “:)”.

***

Ular besi kembali sepi karena sudah akan berjalan lagi, melanjutkan perjalanannya membawa ratusan mimpi yang ada dalam ruangan ini. Sejenak rasanya aku ingin berhenti untuk mendengarkan lagu. Cukup tertampar aku dengan lagu-lagu yang berputar. Semua ini membangkitkan kenanganku yang sudah kulalui bersamamu. Jauh dari kata mudah, tapi aku tak bisa untuk menghentikan diriku melanjutkan mendengarkan latunan nada-nada itu. Lalu lagu Coldplay - Yellow mulai berputar. Lagi-lagi aku hanyut dalam suasana..

***

Kamu bercerita padaku waktu itu,kamu penat akan semua bebanmu disana. Aku mencoba untuk memberikanmu semangat tapi kamu berkata bahwa semua itu percuma kalau aku tak ada disampingmu. Telepon genggam rasanya tak cukup untuk menghubungkan kita dan kamu ingin aku ada disana, disampingmu saat itu. Lagu kuberikan padamu sebuah lagu, Coldplay yang berjudul Yellow. Di saat itulah kau bertanya padaku mengapa aku memberikan lagu ini padamu.

Aku cuma bisa berkata bahwa bayangkanlah lagu ini adalah aku, yang akan menemanimu untuk melalui semua bebanmu. Aku bisa mendengar suaramu yang tadinya menggerutu kembali ceria dan tetap manis seperti biasanya. Kamu bilang padaku bahwa semangatmu telah muncul lagi dan berharap kita segera bertemu, ya segera..

***

Kisah ini tak berhenti sampai disini, mau tahu kelanjutannya? Ikuti dan pantau terus ya..:)

Bersama dengan segelas coklat panas, air putih, keheningan, dan beberapa bulir air mata tulisan ini dibuat..Semoga hari anda menyenangkan..Cheers and Beers!