“You must pass your days in song. Let your whole life be a song.” (Sai Baba)
Inilah lanjutan dari cerita sebelumnya..
***
Ular besi masih melaju, membawa sejuta mimpi menembus malam yang beku. Aku masih terjaga saat lagu selesai berputar. Sedikit merasa heran karena lagu-lagu ini seakan membawaku ke masa lalu. Tapi semua ini tak lagi kuanggap sebagai siksaan, aku menganggap ini sebagai refleksi diri.
Aku berdiri dari tempat dudukku dan berjalan menuju selasar perpindahan gerbong. Kulihat di sebelah kanan, ada seorang bapak yang terlelap dalam mimpinya. Kuputuskan untuk berdiri di dekat toilet. Pintu terbuka lebar dan aku masih mendengarkan lagu. Kulihat lagu selanjutnya yang diputar oleh telepon genggamku adalah Andre Hehanusa – Karena Kutahu Engkau Begitu (KKEB). Seketika itu pula aku hanyut lagi dalam memoriku.
***
Aku tidak lah pandai dalam memainkan alat musik, tapi terkadang kamu memaksaku untuk memainkan sebuah lagu. Jelas aku bingung dan harus sedikit memutar otak. Aku tidak sepertimu yang jauh lebih mudah membaca nada-nada dalam bahasa yang tak kumengerti itu. Kamu bahkan tahu caranya memainkan beberapa alat musik, walaupun kamu bilang padaku tidak terlalu mahir memainkannya.
Saat kamu terus memintaku untuk melantunkan sebuah lagu disaat itulah aku punya ide. Aku mencoba untuk mencari instrumen dari lagu Andre Hehanusa yang berjudul Karena Kutahu Engkau Begitu. Setelah kutemukan, aku memainkan instrumen lagu itu dan menyanyikan lagu itu untukmu. Awalnya kamu terdiam, takjub tapi aku tahu pasti kamu tak mau mengakuinya.
Saat aku telah selesai menyanyikan lagu itu kamu berkomentar bahwa suaraku fals tapi usahaku patut diacungi jempol. Aku tertawa dan berkata padamu bahwa “aku memang bukan penyanyi yang baik tapi setidaknya aku menyanyikannya sepenuh hati”. Di saat itu pula ledak tawa keluar dari mulut kita masing-masing.
***
Kulihat keluar masih gelap juga, pemandangan tak terlihat karena ular besi bergerak cepat. Ular besi yang satu ini memang aneh, kadang ia bergerak dengan sangat cepat tapi bisa juga sangat lambat. Lagu pun telah usai diputar. Aku malah semakin penasaran dengan lagu yang akan dimainkan oleh telepon genggamku selanjutnya. Seakan-akan semua ini berbalik menjadi candu, ya candu memori masa lalu. Entah kenapa ketika lagu berikutnya diputar justru aku merasa lagu ini menamparku sangat keras. Bahkan membuatku meneteskan air mata untuk sesaat. Lagu itu adalah Ecoutez – Simpan Saja.
***
Aku dan kamu sempat mengalami rehat panjang dalam hubungan ini. Salah satu alasannya adalah hubungan jarak jauh atau long distance relationship (LDR). Seorang kawan pernah berkata bahwa LDR itu awalnya memang indah jadi bisa disebut long distance relationsweet tapi akhirnya bisa jadi long distance relationshit. Memang ada benarnya pernyataan yang satu ini. Kita berdua mengalami sebuah masa dimana ada sebuah kepenatan dalam hubungan jarak jauh ini.
Telepon genggam dan pertemuan di saat ada kesempatan, ternyata tak cukup memberikan ruang pada dua rasa anak manusia ini. Rasanya ada perasaan yang memudar di hubungan ini dan tidak lagi sehangat dulu. Kamu lalu menganggap bahwa semua ini membuatmu lelah dan rasanya kamu ingin berhenti. Lalu kamu memberikan lagu Ecoutez yang berjudul Simpan Saja kepadaku untuk aku dengarkan. Di saat itulah aku merasa bahwa apa yang kulakukan memang tak cukup untukmu. Kau menginginkan lebih dari sekedar telepon genggam dan pertemuan yang berlangsung sesekali itu. Kamu ingin semua seperti dulu. Tapi bagaimana caranya semua ini berjalan ketika aku dan kamu ada di lokasi yang berbeda dan cukup jauh jika ditempuh dengan sepeda motor tuaku? Semua ini cukup membuatku bingung, lelah, dan bahkan bisa membuatku gila! Lantas apa yang bisa aku perbuat?
Aku hanya bisa hanyut dalam lagu itu sambil meneteskan air mata untuk sesaat. Ada rasa sesal yang muncul dan aku tak bisa menyelesaikan masalah ini pada waktu itu. Rasanya begitu menyebalkan.
***
Ular besi masih terus melaju. Sejenak aku lihat pemandangan di luar, masih tampak samar karena gelap masih pekat. Ular besi tiba-tiba berjalan perlahan, aku menduga akan berhenti sejenak untuk mengisi perutnya yang telah lapar. Aku sendiri? Tak terasa sudah rasa lapar karena lagu-lagu yang kuputar. Sejenak ada jeda sampai lagu berikutnya dimainkan oleh telepon genggamku. Ternyata lagu yang diputar berikutnya adalah Anda – Cukup Dalam Hati. Rasanya aku melewatkan untuk mendengarkan lagu ini, tapi aku hanyut dalam memoriku sendiri..
***
Aku dan kamu, satu-satunya penghubung jarak di antara kita adalah komunikasi melalui telepon genggam atau dunia maya. Rasanya menyebalkan memang dan tidak jarang selalu ada momen komunikasi yang kurang baik di antara kami. Pernah pada suatu momen kami bertengkar dengan alasan sederhana, pulang.
Kamu berucap padaku ingin pulang tapi aku tahu bahwa kamu tidak libur pada waktu itu. Kamu tidak mengatakan padaku alasanmu untuk pulang dan itu membuatku heran. Saat itu terucap dari mulutku bahwa kamu adalah anak rajin yang jarang sekali melanggar peraturan. Di saat itulah kamu berkata padaku bahwa aku keras kepala dan menyebalkan. Dari hal kecil itulah pertikaian dengan kata-kata terjadi dan menjadi rumit. Aku sendiri tak tahu kenapa, tapi aku merasa ada yang aneh denganmu waktu itu. Aku merasa kamu kembali jadi anak manja dengan sifatmu yang menyebalkan dulu. Aku juga mempertanyakan diriku apakah aku benar-benar memilih orang yang tepat? Pikiran dan hatiku goyah waktu itu.
Aku ragu, ya meragukan semua yang telah kujalani padahal aku tahu setiap resikonya. Entah kenapa..dan lagu Anda – Cukup Dalam Hati berputar berulang-ulang malam itu, sambil terus mempertanyakan semua ini. Mempertanyakan diriku sendiri apakah aku berada di jalan yang benar? Ataukah aku membuat pilihan yang salah? Terlalu banyak pertanyaan dalam diri yang tak terjawab malam itu..
***
Ular besi berhenti sejenak, seorang pedagang masuk ke dalam perutnya yang tidak cukup lebar ini sembari menawarkan dagangannya padaku. Aku menolak, tapi pedagang itu setengah memaksa lantas tak kuhiraukan. Kulihat di sebelahku kedua orang temanku masih hanyut dalam mimpi mereka. Ah, rasanya suasana ini terlalu tenang untukku, aku pun hanyut dalam memori. Saat aku ingin menghentikan diriku untuk mendengarkan lagu, ternyata masih tak sanggup aku menghentikannya. Rasa penasaran mengalahkan diriku untuk menghentikan lagu yang kuputar. Ternyata lagu Avril Lavigne – When You’re Gone yang diputar selanjutnya. Aku tertampar lagi, cukup keras..
***
Setelah perdebatan yang cukup panas itu, kamu dan aku sempat tidak berbicara untuk beberapa saat. Aku masih merasa perdebatan itu tak seharusnya terjadi tapi keadaan mengatakan hal yang berbeda. Hal ini jelas menyebalkan dan itu cukup berpengaruh pada aktivitas yang kujalani. Sedikit kehilangan konsentrasi dalam menjalankan segala aktivitasnya. Tak kutemukan sebuah pesan singkat masuk ketika pagi hari tiba, kata-kata penyemangat yang selalu kau ucapkan untuk memulai hariku. Walaupun ada sisi menyebalkan, tetapi entah kenapa dalam pandanganku kamu itu selalu indah. Ternyata secara tidak aku sadari aku takut kehilanganmu, terlalu takut bahkan.
Aku pun memulai mengirimkan pesan singkat padamu, saat itu kau membalasnya dengan singkat juga. Ah, kamu masih marah padaku rupanya. Aku mencoba meminta maaf tapi aku rasa itu masih belum cukup untuk orang yang cukup keras kepala seperti dirimu. Akhirnya aku mengirimkan pesan singkat padamu “Coba deh dengerin lagunya Avril yang When You’re Gone..semoga aja itu memberi kamu pencerahan :)”. Kamu pun mendengarkan lagu itu dan menyandari pesanku yang aku sampaikan dari lagu itu. Walau kamu tak bercerita padaku tapi aku tahu karena adikmu, yang biasa menjadi tempat curahan hatimu ketika kita berdebat, memberi tahuku. Akhirnya kita berbaikan malam itu.
***
Ular besi melanjutkan perjalanannya menuju negeri di atas kabut. Aku masih saja tak tenang dan jelas semua memori ini tidak membiarkanku untuk memejamkan mata. Apalagi pagi sudah memintaku untuk tak memejamkan mata sampai ia tiba. Sedikitnya aku tersiksa, tapi aku mencoba menikmatinya. Aku pun berdiri lalu berjalan menuju koridor. Kulihat di dekat pintu seorang bapak terlelap dengan posisi kaki terangkat, menghalangi pintu masuk. Aku berdiri sambil terus mendengarkan lagu yang membawa sejuta memori dalam telepon genggamku. Rupanya lagu Naif – Air dan Api, diputar oleh telepon genggamku.
***
Semenjak kamu pindah ke ibukota, entah kenapa sifat-sifatmu mulai berubah. Awalnya aku merasa itu bukan suatu masalah tapi entah kenapa semua itu terasa menyebalkan bagiku. Rasanya ibukota telah merubahmu menjadi seseorang yang tak lagi ku kenal. Kamu bukanlah kamu yang dulu.
Mulailah segala sesuatu yang kita bicarakan seringkali berakhir dengan perdebatan entah kecil ataupun besar. Rasa-rasanya kita seperti air dan api, sama seperti lagu dari Naif. Aku sempat mengatakan padamu dan memberikan lagu itu untuk di dengarkan, kamu pun tertawa kecil. Lantas kita mulai membicarakan lagi hal-hal menyenangkan yang telah kita lalui bersama. Kisah tentang aku dan kamu.
Akhirnya kita mencoba untuk mengurangi perdebatan yang terjadi. Rasa-rasanya semua masalah terselesaikan, padahal itu memicu masalah lain yang sebenarnya ada di balik setiap pertikaian, walaupun aku sendiri tak yakin itulah pemicunya..
***
Kulihat telepon genggamku, baterai masih cukup untuk menemani perjalanku ini dengan ribuan memori yang telah terlewati. Aku berdiri, menerawang jauh entah kemana. Lalu kulihat di sekitarku, tenang dan sepi. Manusia-manusia itu masih berada dalam perjalanan mereka di dunia mimpi. Lalu sebuah lagu diputar oleh telepon genggamku, Sheila On 7 – Dan. Aku benar-benar semakin tenggelam dalam memoriku.
***
Aku merasa tenang bahwa hubungan yang kujalani denganmu tampak baik-baik saja. Beberapa minggu terakhir komunikasi yang terjalin jadi jauh lebih baik daripada sebelumnya. Bahkan hampir tidak ada perdebatan yang terjadi. Setidaknya aku mulai percaya bahwa ibukota tak merubahmu, dan kuharap jangan sampai merubahmu. Lantas pada suatu saat adikmu mengirimkan singkat padaku untuk bertemu, sejenak aku berpikir bahwa anak ini akan bercerita tentang kisahnya. Lantas aku segera bersiap dan meluncur menuju lokasi tempat kami bertemu.
Sesampainya di sana kami pun bercerita panjang lebar, awalnya memang dia bertanya tentang kabar dan bercerita tentang kisahnya sampai pada akhirnya aku memutuskan akan berpamitan. Saat aku ingin pulang, dia menahanku sejenak. Masih ada hal yang belum dia sampaikan rupanya. Lantas aku kembali duduk di kursiku dan dia pun bercerita tentang sebuah kisah yang nyaris tak kupercayai. Dia bercerita bahwa kamu, kakaknya, dekat dengan seseorang yang tak kukenal di ibukota. Lantas dia bercerita tentang banyak hal yang telah kau ceritakan padanya. Tapi entah kenapa aku masih memaksakan diriku untuk yakin bahwa semua baik-baik saja. Baik? Untuk siapa? Aku? Kamu? Orang itu? Kita? Kalian?
Aku berkata pada adikmu bahwa semua akan baik-baik saja, atau setidaknya demikian. Beberapa hari setelah itu saat kita saling berkomunikasi pun semua tampak baik-baik saja. Akhirnya aku pun menanyakan tentang pria dari ibukota yang katanya sangat dekat denganmu itu. Awalnya kamu ragu dan mencoba untuk menutupi itu. Aku akhirnya tak memaksamu untuk bercerita dan percakapan hari itu berhenti pada topik itu.
Beberapa hari kemudian tiba-tiba kamu mengirimkan sebuah pesan singkat padaku, dengan isi yang cukup mengejutkan. “Coba kamu denger lagu Sheila On 7 – Dan”, begitulah pesan singkat yang kau tuliskan. Aku mencoba untuk memahami apa maksud dari semua ini, lalu kubalas pesan singkatmu itu. “Apa maksudnya?” tanyaku dalam pesan singkatku. Lalu pesan singkat balasan darimu kuterima, “Eh, gak papa kok..aku baru ngelantur aja..hehehe”. Dari situlah kemudian timbul rasa curigaku terhadap pria itu, walau kamu tak mau bercerita padaku. Aku tahu betul isi dari lagu yang kau kirimkan padaku, tapi aku tak yakin bahwa semua akan seperti itu. Benarkah bahwa kau seperti yang aku duga? Apakah memang benar bahwa semua ini berubah tanpa aku sadari?
***
Setelah lagu itu berakhir, lantas aku mencari lagu itu. Lagu yang terakhir kali kau berikan padaku sebelum kita memutuskan untuk mengakhiri semua. Untuk lagu selanjutnya tak kubiarkan telepon genggamku yang memegang kendali. Aku mencari lagu itu diantara ratusan lagu yang kuselipkan dalam telepon genggamku, akhirnya kutemukan juga. Lagu itu pun kuputar seiring dengan melajunya ular besi yang berpacu dengan waktu. Lagu itu adalah Jagostu – Mau Tak Mau.
***
Ternyata isu-isu tentang dirimu itu begitu kencang terdengar. Tak hanya aku dan adikmu saja yang tahu, tapi juga kerabat dekatmu. Banyak pula yang bertanya padaku ada apa dengan semua ini dan aku hanya bisa menjawab “Aku tak tahu”. Awalnya memang aku tak menghiraukan isu itu karena aku berpikir semua akan berlalu, tapi ternyata semua menjadi semakin rumit.
Aku pun mulai bertanya padamu tentang semua itu, kau pun selalu menghindar. Entah kenapa tapi kau selalu menghindar dan terus menghindar. Sampai pada suatu saat kamu pun berkata bahwa memang dekat dengan pria itu sebagai teman saja. Aku pun sedikit lega mendengarkan semua itu dan mencoba meluruskan isu-isu yang terjadi. Akhirnya untuk sesaat semua itu bisa diredam. Komunikasi aku dan kamu pun terus berjalan seperti biasa, bahkan kami pun masih menghabiskan waktu bersama saat natal, tahun baru 2011, dan imlek. Semua berjalan dengan semestinya dan indah pada waktu itu. Sampai akhirnya tiba pada bulan kelima di tahun 2011.
Saat itu kamu menelponku, menanyakan kabarku dan segala sesuatunya seperti yang biasa kamu lakukan. Semua berjalan seperti biasa. Tiba-tiba kau berhenti sejenak saat sedang bercerita, tak biasanya kamu melakukan semua ini. Suasana hening pun tercipta di antara kami, aku diam begitu pula denganmu. Ketika aku tanyakan ada apa, kau selalu menjawab tak ada apa-apa. Akhirnya kau pun melanjutkan ceritamu walaupun aku tahu di setiap nada yang kau ucapkan ada sesuatu yang coba kau tahan dan tak kau ungkapkan.
Setelah usai bercerita aku pun bertanya padamu, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kamu pun diam, seakan beku dan tak menjawab pertanyaanku yang aku tanyakan melalui telepon genggamku. Hatiku tak tenang, sungguh rasanya tak pernah seperti ini saat berbicara denganmu. Aku bingung karena kamu tak juga menjawab pertanyaanku. Sejenak aku teringat, lalu aku tanyakan padamu apakah semua ini berkaitan dengan pria yang dekat dengannya. Kamu pun menjawab lirih, “Ya” dari seberang sana.
Sejenak seperti ada cermin dalam diriku yang retak, namun aku masih meyakinkan diriku semua baik-baik saja. Lalu aku tanyakan ada apa antara kamu dan pria itu? Kamu tak menjawab, selanjutnya ada suara isak tangis dari seberang sana dan akhirnya kata-kata itu meluncur dari bibirnya yang manis, “kita berakhir, semua cukup sampai disini ya..”. Aku terdiam, kali ini aku beku.
Cermin dalam diriku itu retak menjadi serpihan dan tersapu oleh ombak kesedihan. Aku bertanya padamu lagi apakah semua ini karena pria itu dan kau menjawab ditengah isak tangismu. Aku terdiam sejenak lalu berkata padamu bahwa jika memang dia yang terbaik maka aku akan membiarkanmu bersamanya karena aku tak cukup baik untukmu. Aku pun berpesan padamu supaya tidak menyesali setiap keputusan yang telah kau buat dan memintamu untuk menjalaninya.
Percakapan itu pun aku tutup dengan ucapan terima kasih untuk semua hal yang telah di lalui bersama dan aku memintamu untuk mendengarkan sebuah lagu dari Jagostu – Mau Tak Mau. Aku tutup pembicaraan melalui telepon genggam itu meskipun aku masih mendengar suaramu yang ingin melanjutkan pembicaraan itu.
Rasanya sudah cukup bagiku. Sejenak aku terdiam, aku memandang ke arah langit dan tak terasa air mataku sudah mengalir deras. Aku kecewa, terluka, namun aku harus terus berjalan..aku masih punya mimpi yang harus aku raih dan aku kuatkan diriku dengan itu. Akhirnya aku menutup malam itu dengan membeli satu kaleng bir dingin dan berteriak di sebuah tanah lapang. Semua aku selesaikan malam itu juga.
***
Tak terasa pagi sudah menampakkan dirinya dari kejauhan. Malam sudah habis rupanya. Aku pun segera membereskan earphone yang aku kenakan untuk mendengarkan lagu. Ku usap air mataku karena ular besi berjalan melambat tanda akan berhenti. Aku kembali pada dunia yang kujalani dan membiarkan memori yang disampaikan oleh setiap lagu berlalu. Aku sudah berjanji pada diriku untuk tetap melaju dan mencapai impianku. Sama seperti perjalanan panjang ini, mungkin ini juga salah satu cara untuk meraih mimpiku.
Bicara soal mimpi, dulu memang kami punya mimpi yang sama tapi sekarang entah dia masih mengingatnya atau tidak aku sendiri pun tak tahu. Satu hal yang pasti, hidup harus berjalan terus dan sama seperti yang dituliskan oleh Eross Chandra dalam liriknya “mau tak mau kuharus, menjaluntkan yang tersisa..meski semua telah berbeda dan tak pernah ada yang sama”.
Ular besi pun berhenti di tanah Pasundan. Lalu lalang di dalam perut ular besi yang sempit ini pun menjadi sangat padat. Namun di tengah padatnya lalu lalang aku berusaha untuk beristirahat. Dua orang temanku sudah terbangun dan saatnya aku menjelajah ke dunia mimpi untuk sejenak. Lalu aku memejamkan mataku, membiarkan diriku merelakan masa lalu yang telah kulewati, dan membayangkan masa depan yang telah kunanti serta hal-hal yang akan aku raih. Aku pun terlelap dalam semua euforia perasaanku itu. Selamat beristirahat masa lalu ku dan selamat pagi masa depan.
*** Fin ***
Masa lalu itu memang penuh dengan segala dinamika dan setidaknya membawa banyak sekali cerita bagi kita. Tapi ketika kita terus tertahan di masa lalu, kapankah kita akan melihat ke depan? Dari masa lalu inilah saya belajar tentang banyak hal, tentang hidup, rasa, saling berbagi, menjalin relasi, dan semua hal yang tak bisa disebutkan satu persatu. Sedikitnya memang ada penyesalan tapi itulah cara menikmati hidup karena hidup tak selamanya manis, kadang dia terasa pahit, asam, bahkan asin. Tapi bukankah karena itulah hidup menjadi menarik? :)
Bersama dengan segelas coklat panas, sekaleng bir dingin, memori, ratusan lagu, catatan-catatan kecil, jurnal perjalanan, dan air mata, tulisan ini dibuat. Semoga kalian semua bisa membangun sebuah relasi dengan baik, meskipun nantinya banyak sekali dinamika yang akan terjadi, tapi setidaknya itulah pelajaran hidup yang bisa di dapatkan. Semoga hari anda semua menyenangkan..Cheers, beers, and move on! :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar