There’s never one sunrise the same or one sunset the
same (Carlos Santana)
Dear Ms. Wijayakusuma,
Aku masih teringat dengan obrolan kita melalui pesan
singkat dari telepon genggam kala itu. Kita membicarakan tentang senja, dan tak
pernah bosan pula kita membiarkan diri kita larut di dalamnya. Senja, ya senja.
Entah kenapa senja itu begitu memikat dan akhirnya membawa kita kepada sebuah
perbincangan panjang tanpa akhir. Sampai pada satu titik ada sebuah percakapan
menarik yang membuat senja menjadi lebih menyenangkan.
Selama penelitian kamu selalu saja bercerita bahwa
kamu sangat menginginkan senja datang. Ada banyak tempat yang kamu anggap
sangat menarik ketika kamu ingin menikmati senja disana. Namun sayangnya senja
tak kunjung datang. Bukan karena dia tak mau, tapi karena awan terlalu serakah
untuk menikmati senja. Selain awan ternyata hujan juga tak kunjung bersahabat.
Mungkin hujan tahu bahwa senja disana terlalu cantik dinikmati sehingga dia
ingin membuatmu kesal. Aku pun tahu, jelas itu semua itu membuatmu kesal. Sifat
iseng dari awan dan juga sifat jahil dari awan akhirnya membuatmu
menggembungkan pipimu. Itu adalah caramu menunjukkan betapa sebalnya kamu
ketika seseorang atau apapun itu berbuat iseng ataupun jahil kepadamu.
Saat kamu bercerita itu semua, seketika ada sebuah ide
yang terlintas dalam pikiranmu. Ide tentang menikmati senja. Mencari senja
dimanapun dia tampak indah dengan gaun miliknya yang berwarna jingga, bahkan
kadang berpadu dengan merah. Mencari dan terus mencari. Mungkin saja ini yang
disebut sebagai berburu senja. Lalu tercetuslah dalam pikiranmu untuk menyebut
diri kita sebagai para pemburu senja.
Pemburu senja, ya sangat menarik ketika mendengar kata
itu. Sebelumnya aku selalu menganggap bahwa aku ini adalah kaum penikmat senja.
Menikmati indahnya senja bersamaan dengan tenggelamnya matahari pada satu titik
sebelum berganti tugas dengan bulan. Dengan secangkir teh ataupun kopi dan juga
obrolan ringan. Seakan waktu berjalan sangat perlahan ketika menikmati semua
itu. Namun kamu menawarkan sesuatu yang lain, sebuah sebutan baru untuk
menikmati dan berburu senja.
Ketika menyebut kata itu, pemburu senja, di dalam
kepala ini kemudian tergambar banyak hal yang melintas dalam sekejap mata.
Rekoleksi ingatanku tentang senja seakan dibongkar habis. Foto-foto yang
kuambil dengan mataku ini kemudian seakan terpampang rapi dalam sebuah arsip.
Arsip bertuliskan “Senja”. Lalu kubuka pelan-pelan arsip itu dan satu persatu
foto dalam ingatan ini kemudian membuatku teringat momen-momen dimana senja itu
terasa begitu menyenangkan. Mungkin inilah beberapa yang bisa kutunjukkan
padamu, karena pada momen inilah senja itu tak hanya terekam dalam pikiranku.:
Judul : A Sea Walk into the Sunset |
Judul : Sunset Lovers |
Judul : Time Freeze for the Sunset |
Ya, ini hanya beberapa foto yang ada di dalam arsip
pikiranku dan juga ada di dalam komputer jinjing milikku.
Oh iya, aku juga teringat akan satu hal. Kamu juga
memintaku untuk membawa ke sebuah tempat yang membuatmu penasaran. Beberapa
kali ketika melewati tempat itu selalu saja kamu bilang, “bawa aku kesana”. Aku
hanya tersenyum. Belum sempat aku mengajakmu untuk melihat tempat itu sebelum
akhirnya kamu berangkat untuk menjalani masa penelitianmu. Rasanya akan jadi
menarik ketika bisa menikmati senja ditempat itu, mudah-mudahan memang menarik
seperti yang ada di dalam bayangmu.
Sekejap aku terdiam lalu tersenyum. Ah, sekarang
rasanya aku benar-benar bisa menikmati senja dengan cara yang berbeda sebagai
pemburu senja tentunya. Lalu aku mendengar sayup-sayup panggilan untuk makan
bersama keluarga. Aku membiarkan satu lagu diputar sebelum akhirnya ikut
kedalam panggilan itu. Payung Teduh –
Menuju Senja diputar dan setelah usai aku pun segera membereskan komputer jinjing
milikku. Lalu dalam pikiranku terlintas satu pikiran. Yakinlah esok itu akan
menyenangkan, jangan takut bahwa esok hari akan begitu menyebalkan atau tidak
bersahabat. Bukankah esok hari masih ada senja yang harus kita kejar?
From dearest,
Mr. Rainbow
#DayThree, rangkaian ketiga dari
empat belas tulisan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar