Minggu, 03 Februari 2013

#DayThree : Para Pemburu Senja





There’s never one sunrise the same or one sunset the same (Carlos Santana)



Dear Ms. Wijayakusuma,

Aku masih teringat dengan obrolan kita melalui pesan singkat dari telepon genggam kala itu. Kita membicarakan tentang senja, dan tak pernah bosan pula kita membiarkan diri kita larut di dalamnya. Senja, ya senja. Entah kenapa senja itu begitu memikat dan akhirnya membawa kita kepada sebuah perbincangan panjang tanpa akhir. Sampai pada satu titik ada sebuah percakapan menarik yang membuat senja menjadi lebih menyenangkan.

Selama penelitian kamu selalu saja bercerita bahwa kamu sangat menginginkan senja datang. Ada banyak tempat yang kamu anggap sangat menarik ketika kamu ingin menikmati senja disana. Namun sayangnya senja tak kunjung datang. Bukan karena dia tak mau, tapi karena awan terlalu serakah untuk menikmati senja. Selain awan ternyata hujan juga tak kunjung bersahabat. Mungkin hujan tahu bahwa senja disana terlalu cantik dinikmati sehingga dia ingin membuatmu kesal. Aku pun tahu, jelas itu semua itu membuatmu kesal. Sifat iseng dari awan dan juga sifat jahil dari awan akhirnya membuatmu menggembungkan pipimu. Itu adalah caramu menunjukkan betapa sebalnya kamu ketika seseorang atau apapun itu berbuat iseng ataupun jahil kepadamu.

Saat kamu bercerita itu semua, seketika ada sebuah ide yang terlintas dalam pikiranmu. Ide tentang menikmati senja. Mencari senja dimanapun dia tampak indah dengan gaun miliknya yang berwarna jingga, bahkan kadang berpadu dengan merah. Mencari dan terus mencari. Mungkin saja ini yang disebut sebagai berburu senja. Lalu tercetuslah dalam pikiranmu untuk menyebut diri kita sebagai para pemburu senja.

Pemburu senja, ya sangat menarik ketika mendengar kata itu. Sebelumnya aku selalu menganggap bahwa aku ini adalah kaum penikmat senja. Menikmati indahnya senja bersamaan dengan tenggelamnya matahari pada satu titik sebelum berganti tugas dengan bulan. Dengan secangkir teh ataupun kopi dan juga obrolan ringan. Seakan waktu berjalan sangat perlahan ketika menikmati semua itu. Namun kamu menawarkan sesuatu yang lain, sebuah sebutan baru untuk menikmati dan berburu senja.

Ketika menyebut kata itu, pemburu senja, di dalam kepala ini kemudian tergambar banyak hal yang melintas dalam sekejap mata. Rekoleksi ingatanku tentang senja seakan dibongkar habis. Foto-foto yang kuambil dengan mataku ini kemudian seakan terpampang rapi dalam sebuah arsip. Arsip bertuliskan “Senja”. Lalu kubuka pelan-pelan arsip itu dan satu persatu foto dalam ingatan ini kemudian membuatku teringat momen-momen dimana senja itu terasa begitu menyenangkan. Mungkin inilah beberapa yang bisa kutunjukkan padamu, karena pada momen inilah senja itu tak hanya terekam dalam pikiranku.:


Judul : A Sea Walk into the Sunset



Judul : Sunset Lovers



Judul : Time Freeze for the Sunset


Ya, ini hanya beberapa foto yang ada di dalam arsip pikiranku dan juga ada di dalam komputer jinjing milikku.

Oh iya, aku juga teringat akan satu hal. Kamu juga memintaku untuk membawa ke sebuah tempat yang membuatmu penasaran. Beberapa kali ketika melewati tempat itu selalu saja kamu bilang, “bawa aku kesana”. Aku hanya tersenyum. Belum sempat aku mengajakmu untuk melihat tempat itu sebelum akhirnya kamu berangkat untuk menjalani masa penelitianmu. Rasanya akan jadi menarik ketika bisa menikmati senja ditempat itu, mudah-mudahan memang menarik seperti yang ada di dalam bayangmu.

Sekejap aku terdiam lalu tersenyum. Ah, sekarang rasanya aku benar-benar bisa menikmati senja dengan cara yang berbeda sebagai pemburu senja tentunya. Lalu aku mendengar sayup-sayup panggilan untuk makan bersama keluarga. Aku membiarkan satu lagu diputar sebelum akhirnya ikut kedalam panggilan itu. Payung Teduh – Menuju Senja diputar dan setelah usai aku pun segera membereskan komputer jinjing milikku. Lalu dalam pikiranku terlintas satu pikiran. Yakinlah esok itu akan menyenangkan, jangan takut bahwa esok hari akan begitu menyebalkan atau tidak bersahabat. Bukankah esok hari masih ada senja yang harus kita kejar?

From dearest, 

Mr. Rainbow

#DayThree, rangkaian ketiga dari empat belas tulisan.



Tidak ada komentar: