Sabtu, 04 Desember 2010

Sebuah Cerita (2) : Penantian Konfirmasi Jejaring Sosial

“Yang saya katakan adalah nikmati” (Tonggos Darurat)



Kisah saya pun berlanjut. Seminggu setelah masa tugas relawan saya usai masih saja terbayang bayangan senyuman mbak relawan. Cara dia menatap dan tersenyum benar-benar membuat kesan yang mendalam dalam diri ini. Damn! Tidak adakah cara yang lebih manis selain ini untuk membuat sebuah memori mbak?

Saya teringat satu hal, nomornya ternyata ada di telepon genggam saya! Ketika hendak untuk mengirimkan pesan singkat ternyata diri saya ragu-ragu. Keragu-raguan ini muncul karena rasa takut akan adanya sebuah resistensi (wuss, bahasanya abot tenan). Penolakan dan penolakan yang sudah terlalu banyak saya rasakan itu membuat saya tidak mudah nggerus dan kawus.

Bimbang, sangat bimbang rasa hati ini, kalau anak-anak muda jaman sekarang menyebutnya galau tingkat tinggi. Hanya untuk sekedar mengirimkan pesan singkat yang berbunyi “Apa kabar mbak?”. Akhirnya saya pun menyerah pada ketakutan saya sendiri dengan cara tidak jadi mengirim pesan singkat kepada mbak relawan.

Hari itu sabtu, ada sebuah pesan singkat masuk ke dalam kotak pesan telepon genggam saya dan itu dari mbak relawan! Isinya memang bukan untuk personal karena pesan tersebut merupakan ajakan untuk berkunjung ke rumah para pengungsi. Hati saya bersikukuh untuk ikut serta tapi pekerjaan menanti untuk diselesaikan karena dikejar deadline. Akhirnya saya pun melewatkan satu lagi kesempatan untuk bertemu dengan mbak relawan. Saya hanya bisa berkata Ass…yem!

Karena rasa penasaran yang mendalam, saya pun mencoba untuk mencari mbak relawan di situs jejaring sosial facebook dan twitter. Berhubung saya hanya tahu nama panggilan mbak relawan walhasil search engine yang menemukan nama tersebut mencapai jumlah yang cukup, cukup membuat saya berpikir dan mencari, saya hanya bisa menghela nafas panjang.

Satu persatu saya coba bedah akun-nya, belum juga bisa ditemui. Dengan semangat’45 yang tak kalah dengan para pendahulu saya terus mencari dan mencari. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam telah terlewati tapi tak juga ditemukan. Saya sempat misuh-misuh (mengumpat) dan merasa hal tersebut sangatlah hampir mustahil.

Tuhan memang lucu dan aneh dalam memberikan sebuah jalan cerah, tanpa sengaja akhirnya saya menemukan akun dari mbak relawan ini. Aha! Ini adalah sebuah pencerahan yang amat mendalam bagi keputus asaan saya yang hampir letih untuk mencari. Awalnya akun si mbak relawan ini ternyata di setting untuk menolak permintaan pertemanan. Saya pun menghela nafas dan berkata dalam hati “Asyem!

Menunggu dan menunggu, itulah hal yang saya tunggu hingga sebuah kesempatan tiba. Akhirnya penantian saya itu terbayar dengan cara saya bisa meminta pertemanan dengan akun mbak relawan ini. Perasaan hati saya ini seakan-akan saya adalah Pep Guardiola yang berhasil mengantarkan Barcelona menjuarai Liga Champions untuk ke dua kali.

Tapi ternyata semua tidak semudah keliahatannya. Saya masih harus menunggu lagi mbak relawan untuk mengkonfirmasi permintaan pertemanan tersebut. Damn! Lagi-lagi menunggu dan menunggu. Penantian panjang biasanya berbuah manis kata orang-orang dan semoga saja demikian adanya. Tulisan ini sudah selesai kah? Oh, ternyata semua ini belum selesai dan masih ada kelanjutannya. Jadi bagaimana kelanjutannya? Tunggu di kisah berikutnya :)

Bersama dengan keramaian orang-orang, teh tarik, kentang goreng, kopi, dan percakapan hangat tulisan ini dibuat. Semoga kalian semua juga tidak lelah untuk menunggu orang-orang yang berkesan di hati kalian dan semoga hari anda menyenangkan. Cheers!

1 komentar:

muti punya cerita mengatakan...

damn ! itu juga yang aku ucapkan waktu masa2 jadi relawan berakhir.... gak bisa ketemu doi lagii... hahaha
damn damn damn !!!