Jumat, 10 Desember 2010

Sebuah Cerita (3) : Kebodohan dan Kejujuran

"I don't pretend to be captain weird. I just do what I do." (Johnny Depp)


Menunggu itu memang bukanlah sebuah perkara mudah. Kadang kala sampai lah kita pada sebuah titik dimana kita jenuh, jenuh untuk menunggu sesuatu yang bahkan mungkin kita tidak tahu sampai kapan kita harus menunggu. Ya, saya mencapai titik jenuh untuk sesaat ketika menunggu mbak relawan ini untuk mengkonfirmasi akun jejaring sosial saya. Jenuh karena merasa ini menjadi sesuatu yang terasa tidak pasti.

Saya mungkin gila, bodoh, aneh, dan lain-lain tapi ya inilah saya. Hal gila ini saya lakukan ketika saya merasa penat untuk menunggu. Saya memberanikan diri untuk mengirim pesan singkat kepada mbak relawan. Believe it or not, yes I do it pals!

Dengan tangan gemetar, keringat dingin, dan barisan supporter setia, saya mulai menuliskan pesan singkat yang akan saya kirim kepada mbak relawan. Tetapi selalu saja ada yang terasa ganjil dan saya revisi hingga lebih dari 10 kali (sebenernya ini mau ngirim pesen apa ngirim artikel yak?). Akhirnya kata-kata yang saya rasa tepat pun saya temukan. Kurang lebih begini bunyinya :

"Apa bener ini nomernya mbak ***?"

Dan dengan lila legawa jembar ndoya akhirat, saya mengirimkan pesan singkat tersebut ke nomer yang di tuju. Sambil berharap ada sebuah pesan singkat masuk dan itu balasan dari mbak relawan tersebut! Terdengar bodoh tapi inilah yang saya lakukan.

Tak berapa lama kemudian sebuah pesan singkat balasan masuk ke dalam kotak pesan telepon genggam saya. Ya, itu dia! Pesan balasannya cukup singkat dan berbunyi kurang lebih demikian :

"Iya bener, ada apa ya? ini siapa ya? "

Dan saya pun membalasnya lagi dengan pesan yang tidak kalah singkat yang intinya adalah demikian : Saya ini orang yang kemaren di dapur umum dan ngeliatin mbak-nya! Balasan lain darinya pun masuk dan bunyinya demikian "

"Lha terus kenapa?"

Dan disinilah sebuah klimaks yang seharusnya bisa ditutup dengan manis menjadi sebuah kesalah fatal. Saya melakukan blunder karena salting! dan pesan singkat saya itu berbunyi :

"Nggak apa-apa..sekedar bertanya..:)"

Lantas dengan singkat, padat, dan jelas si mbak relawan ini membalasnya dengan cara yang 'manis' untuk menutup konfersasi bodoh ini yaitu :

"Aneh"

Damn! Jantung saya berhenti berdetak untuk sesaat. Kebodohan saya ini memang benar-benar tidak termaafkan. Penantian saya yang penuh haru biru (berlebihan tenan!) itu harus ditutup dengan kata "Aneh". Oke, terima kasih untuk pesan yang manis ini mbak. Saya memang aneh.

Tetapi terima kasih untuk sebuah kejujuran yang tidak saya dapatkan dari banyak orang ketika saya mengirimkan pesan atau berbincang-bincang dengan orang-orang. Anda telah memberikan komentar paling jujur dan itu menjadi sesuatu yang manis bagi saya, walau pun di satu sisi saya harus menunggu lama. Cerita ini sudah selesai, benarkah demikian? Ikuti saja terus perkembangan selanjutnya :D

Bersama dengan rintikan hujan, badan yang terasa kacau, dan ratusan buku tulisan ini dibuat. Semoga hari anda menyenangkan..Cheers!



1 komentar:

Anonim mengatakan...

yah.. he em..