Sabtu, 04 Desember 2010

Merah Berubah Menjadi Abu-abu

Priiiittt....priiittt.....priiitt.....(Suara peluit merah Tupu)



Suara-suara pergerakan telah dielu-elukan
Balon dan bendera merah telah dibagikan
Gegap gempita begitu menggelora dan menyegarkan pikiran
Dua orang anak dan seorang ayah yang veteran perang
Hidup di dalam dinamika pergerakan yang terjadi

Keramahan dan persaudaraan begitu lekat dan hangat
tanpa sekat dan hanya ada kebahagian di dalamnya
Hingga akhirnya merah menjadi dosa
menjadi pembunuh mimpi-mimpi yang ada.

Ayah pun ketahuan merahnya
digaruklah ia oleh para serdadu bersenjata dingin itu
tinggal kakak dan adik yang hidup tanpa arah tujuan
Kakak yang mencari ayah
Ikut tergaruk karena merahnya peluit yang dikalungkan
hanya tinggal sang adik
duduk, menunggu, sambil meniupkan peluit
berharap sang kakak atau ayah datang
seperti yang biasa mereka lakukan
mendekapnya dalam pelukan hangat
tapi mereka tak mungkin kembali
hanya sang adik sendiri
yang menunggu di tengah lalu lalang para serdadu bersenjata dingin
dan juga kematian yang begitu manis menawarkan senyuman

Dan inilah caranya merah berubah menjadi abu-abu
ke abu-abu an menutupi kehilangan ayah dan kakak
hanya tinggal sang adik, yang hilang di tengah dekapan kematian yang begitu hangat
jauh lebih ramah dibandingkan para serdadu bersenjata dingin itu
bahkan mungkin engkau!

(Terinspirasi oleh jalan cerita pementasan Teater boneka yang berjudul Mwathirika, di adakan oleh Papermoon Puppet Theater di LIP, Jumat (3/12))

1 komentar:

mwathirika mengatakan...

terimakasih puisi manisnya, sawot... :)

salam kenal ya.. terimakasih sudah menemani Tupu dan Moyo di mwathirika.. :)